Pegon Sunda

Aksara atau huruf Pegon Sunda (disebut juga Arab-Sunda atau Arab-Pégon) yaitu aksara Arab (Huruf Hijaiyyah) yang dimodifikasi dan disesuaikan dengan ejaan bahasa Sunda. Aksara jenis ini juga digunakan untuk menuliskan bahasa Jawa atau Melayu (Jawi) dengan ciri khasnya masing-masing.

Aksara-aksara Pegon yang digunakan pada naskah-naskah Sunda ada yang sama dengan huruf Hijaiyyah, tapi ada juga yang berbeda. Beberap naskah Sunda yang bersumber dari naskah Melayu memiliki beberapa kesamaan cara penulisan, di samping perbedaan karena kekhasan ejaannya.

Perbedaan aksara Pegon antara naskah Sunda dengan naskah Melayu di antaranya:

  1. Aksara Arab (Pegon) pada naskah Sunda menggunakan tanda vokal sedangkan pada naskah Melayu umumnya tidak diberi tanda vokal (harakat);
  2. Konsonan /ny/ pada naskah Melayu menggunakan huruf ن /nun/ yang diberi tambahan titik, ڽ. Sedangkan, pada naskah Sunda menggunakan huruf /ya/ yang diberi tambahan titik, ۑ.
  3. Pada naskah Melayu dibedakan antara fa  ( ف ) dengan pa  (ڤ ), sedangkan pada naskah Sunda ditulis sama, yaitu (ف).

Untuk tanda vokal mandiri, yaitu a, i, dan u, kadang-kadang digunakan aksara hamzah (ﺃ , ﺌ, ﺄ ) dan ﻉ. Di  samping  itu,  juga terdapat kekhasan di dalam penulisan suku kata. Suku kata yang terdiri satu buah vokal kadang ditulis menggunakan aksara ﻱ kadang ﻭ. Penggunaan kedua aksara tersebut tergantung kepada pelafalannya,   misalnya  (kurniya),  (iyeu),  (cariyos), (rayi),  (nyiyeun),  (siya),   (duwa),  (sawiyos), dan sebagainya. Kata-kata demikian dalam kaidah penulisan bahasa Sunda umumnya ditulis kurnia, ieu, carios, rai, nyieun, sia, dua, sawios. Pada naskah Sunda lainnya kata ulang umumnya ditulis menggunakan angka dua, begitu juga dengan penulisan suku kata yang sama, misalnya pada kata  (paneda-neda), (ka karuhun).

Aksara Pegon yang digunakan dalam naskah-naskah Sunda, tidak semua termasuk ke dalam huruf Hijaiyyah, yaitu /c/ (چ), /g/ (ڳ), /ng/ (ڠ) dan /ny/ (ۑ). Misalnya digunakan pada kata  (carios),گفِڠ  (kaping), گَسَڠڳکٓنْ (kasanggakeun), کُرِڠ (kuring), دِدُۑَ (di dunya). Sedangkan huruf Hijaiyyah yang jarang digunakan dalam penulisan naskah Sunda yaitu  /dz/ (ظ) dan /sy/ ( ش ).

Huruf wau ( و ) dan ra (ر ) di dalam huruf Hijaiyyah tidak boleh ditulis di tengah kata, namun pada teks naskah Sunda (dan naskah Sunda lainnya) wau dan ra ini banyak ditulis di tengah kata, biasanya bila wau dan ra ini diikuti dengan ha (ه), misalnya  (nyerat).

Contoh naskah Sunda yang menggunakan aksara Pegon.

Wawacan Nabi Medal (copy, koleksi Departemen Pendidikan Bahasa Daerah, UPI)
Wawacan Iblis (koleksi Perpustakaan Nasional RI)

Referensi:

  • Ruhaliah. 2012. Pedoman Ringkas Transliterasi, Edisi, dan Terjemahan: Aksara Sunda Kuna, Pegon, Buda, Cacarakan, dan Pegon. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, FBPS, UPI.
  • Ruhaliah. 2018. Wawacan: Sebuah Genre Sastra Sunda. Bandung: Pustaka Jaya.
Author Avatar
Ilham Nurwansah

Admin Kairaga.com. Tulisan-tulisannnya dimuat di surat kabar dan majalah. Ilham sering diundang sebagai pemateri seminar maupun workshop tentang naskah dan aksara Sunda. Selain itu, ia juga merupakan pemerhati naskah dan aksara Nusantara dalam dunia digital. Baca juga tulisan-tulisannya yang lain di blog inurwansah.my.id.

Suka dengan konten Ilham Nurwansah ? Kamu bisa memberikan dukungan dengan mentraktir kopi atau bagikan konten ini di media sosial.