Dalam proses pembacaan téks Jawa Kuno pada salah satu naskah Śikṣā Guru koleksi Perpusnas yang sedang digarap bersama dengan Aditia Gunawan, ternyata téks pada beberapa lempir akhir berganti bahasa menjadi Sunda Kuno, terlihat dari penggunaan partikel ‘ma’ dan kosakata Sunda Kuno yang khas.
Di bawah ini adalah potongan teks Śikṣā Guru yang menyebutkan ḍuka saṅka ri dewata —salah satu bagian dari pañcakapataka dalam Saṅhyaṅ Sasana Maha Guru—yaitu beberapa kesengsaraan (sensasi sakit) pada tubuh manusia yang berasal dari dewata.
Naskah Śikṣā Guru koleksi Perpusnas RI
… sakwehniṅ bajrapati mipraṅan ya ḍuka saṅka ri buta, ṅa(ranya), —ya ḍuka saṅka ri dewata ma, ṅa(ranya), tajam sĕkĕt, nirisan, riĕt hulu, sakit mata, jaroṅĕn sumbilaṅĕn, buyan mĕdu, panas tiris, ḍarahati, ya ḍuka, saṅka ri dewata,— ṅa(ranya), ya ḍuka saṅka ri sari(ra) …
…
Itulah kesengsaraan yang berasal dari makhluk hidup — Kesengsaraan yang
berasal dari dewata, yaitu ‘tajam’ (sakit perut), ‘seukeut nirisan’
(sakit kedinginan), rieut hulu (sakit kepala), ‘sakit mata’,
‘jarongeun’(?), ‘sumbilangeun’ (sakit melilit pada perut bagian bawah),
‘buyan’ (gila), ‘medu’(?), panas tiris (panas dingin), ‘darahati’ (?),
itulah kesengsaraan yang berasal dari dewata — Kesengsaraan yang berasal
dari dirimu …