Aksara Buda/Gunung hasil komputerisasi
Kairaga.com — Sejak terdapat berbagai software khusus untuk membuat font, setiap jenis aksara di dunia dapat dikomputerisasi. Begitu pula dengan aksara-aksara di Nusantara. Dalam wilayah keberaksaraan Sunda, terdapat beberapa jenis aksara yang digunakan pada naskah kuna. Di antara naskah itu yang paling menonjol adalah aksara Sunda kuna dan aksara Buda/Gunung. Aksara Sunda kuna kini telah distandardisasi menjadi aksara Sunda baku. Hal ini berdasarkan pertimbangan ciri khas aksara yang melambangkan kearifan lokal kreatifitas intelektual Sunda zaman dulu.
Belakangan, diketahui bahwa aksara Buda/Gunung juga bisa dipastikan berasal dari daerah Sunda. Beberapa naskah berbahan gebang ini ditulis di daerah Sunda, di antaranya Sanghyang Hayu, Sanghyang Raga Déwata, dan Sanghyang Siksa Kandang Karesian. Hal ini dapat diketahui dari kolofon (bagian penutup) yang menyatakan tempat dituliskannya naskah, di antaranya gunung Mahapawitra, yaitu gunung Raksa di pulau Panaitan, dan kaki gunung Srimanganti atau Cikuray kini. Beberapa naskah gebang berbahasa Jawa kuna seperti Kunjarakarna dan Arjunawiwaha juga dapat dilacak asal-usulnya berasal dari daerah Jawa Barat.
Aksara Buda atau Aksara Gunung diketahui digunakan pada naskah yang ditulis di atas lontar atau gebang (dulu dianggap nipah). Penamaan aksara Buda diberikan oleh Molen (1983:117) sedangkan Pigeaud (1970:53) menyebutnya aksara Buda Gunung. Sebutan ini mengacu kepada asal naskah-naskah yang diperoleh dari daerah terpencil di perbukitan atau daerah pegunungan.
Jenis aksara ini dinamakan aksara Buda karena dianggap berasal dari masa sebelum Islamisasi, atau pada zaman Buda. Sehingga, tulisan yang dipakai dalam masa ini disebut aksara Buda. Ada kemungkinan aksara ini dipergunakan untuk menuliskan sesuatu yang dianggap rahasia atau sakral guna menghindarkan adanya pencemaran terhadap teks yang dianggap keramat tersebut (Ekadjati dkk, 2000:4-5).
Contoh penggunaan font Buda/Gunung
Informasi tentang naskah Sunda kuna dari hasil penelitian yang kini semakin bertambah, membawa saya untuk mengupayakan komputerisasi aksara Buda/Gunung. Hal ini dimaksudkan untuk mengikuti perkembangan teknologi informasi. Komputerisasi ini berguna untuk membuat dokumen digital yang lebih fleksibel. Dengan demikian, aksara Buda/Gunung dapat berdampingan dengan kedudukan aksara Sunda yang telah lebih dahulu dikomputerisasi. Meskipun aksara yang telah distandardisasi adalah aksara Sunda, tetapi sangatlah elok bila kekayaan ragam aksara hasil kreatifitas urang Sunda di masa lalu tetap dipelihara.– Ilham Nurwansah; Penggiat naskah Sunda kuna, panulis lepas tinggal di Bandung.