Menengok Koleksi Filologika Museum Sribaduga Jawa Barat

Babad Pajajaran, aksara: Cacarakan, bahasa Cirebon, Bahan: daluang

Babad Pajajaran, aksara: Cacarakan, bahasa Cirebon, Bahan: daluang

Pada kesempatan ini saya akan berbagi pengalaman menengok koleksi filologika milik Museum Sribaduga Jawa Barat. Sebenarnya kunjungan yang dilakukan pada Jum’at sore (2/5/14) bersama kawan-kawan sekelas di Prodi Bahasa dan Budaya Sunda, Sekolah Pascasarjana UPI ini tidak khusus untuk melihat koleksi naskah saja. Tetapi salah satu bagian dalam mata kuliah Metode Kajian Bahasa, Sastra dan Budaya Sunda untuk mengobservasi salah satu item benda dalam koleksi Museum Sribaduga.

Kunjungan kami berdelapan waktu itu dipandu oleh salah satu petugas dari museum, yaitu Ibu Sri. Ia mengajak kami untuk berkeliling museum dari mulai ruang perkenalan, hingga ke bagian koleksi-koleksi khusus. Di ruang perkenalan ternyata sudah ditampilkan dua buah naskah berbahan daluang yang disimpan dalam kotak kaca dengan tumpuan kotak kayu dengan tinggi setengah badan. Kedua naskah ini isinya bercerita tentang kerajaan Pajajaran dan disimpan di kiri dan kanan depan sebuah lukisan yang menunjukkan sosok Sribaduga Maharaja. Naskah yang ada di kiri lukisan beraksara cacarakan dengan bahasa Cirebon, sedangkan naskah yang ada di kanan braksara pégon dengan bahasa Cirebon. Alas tulis dibuat dari daluang. Sayang, kondisi tepian lembaran halaman kedua naskah ini tampak sudah pudar karena menyerap
kelembapan di sekitarnya.

Cahyo sedang mengamati naskah Babad Pajajaran

Mengamati naskah Babad Pajajaran di ruang perkenalan

Menurut keterangan Ibu Sri, di ruang perkenalan ini adalah penjelasan asal muasal nama Museum Sribaduga, yaitu dari nama seorang raja Pajajaran Sribaduga Maharaja yang hidup pada sekitar abad ke-14. Pantas saja kedua naskah yang berkisah tentang kerajaan Pajajaran itu ditampilkan di muka. Selain itu, Ibu Sri menambahkan keterangan bahwa koleksi Filologika adalah koleksi andalan yang dimiliki oleh museum karena merupakan benda otentik yang memiliki nilai sejarah yang tinggi.

Koleksi filologika berupa naskah-naskah kuno yang ditulis pada abad ke-18 atau lebih awal disimpan di sebuah lemari kaca di lantai satu. Letak ruangannya berada di sebelah kanan dari ruang pembelian tiket menaiki beberapa buah anak tangga. Naskah yang dipajang dalam lemari kaca berukuran panjang 7 meter, lebar 70 cm dan tinggu 3 meter itu ada delapan buah. Terdiri atas sebuah naskah berbahan lontar, sedangkan yang lainnya berbahan daluang dan kertas pabrik.

Babad Pajajaran 1, aksara: pegon, bahasa: cirebon, bahan: daluang

Babad Pajajaran 1, aksara: pegon, bahasa: cirebon, bahan: daluang

Lemari kaca ini bergambar latar beberapa naskah lain yang tampaknya tidak dipajangkan, yaitu foto dua buah naskah beraksara pégon, satu foto naskah beraksara Carakan (mungkin naskah Wangsakerta?) dan sebuah lagi foto naskah berbahan gebang (nipah) beraksara Buda/Gunung. Di bagian tengah gambar latar ini digantungan dua buah papan bertuliskan aksara Carakan. Papan yang pertama berukuran kira-kira 30 cm x 150 cm. Warnanya hitam, sedangkan tulisannya diukirkan dan berwarna putih. Papan yang kedua berukuran kira-kira 40×50 cm, berwarna hitam. Tulisannya diukir tanpa, warnanya sama dengan warna dasar papan.

Dari delapan naskah yang dipajangkan, saya paparkan dua buah saja sebagai perkenalan. Kalau ingin melihat dan mengetahui lebih lengkap kedelapan naskah itu, silahkan kunjungi Museum Negeri Jawa Barat – Sribaduga di Jalan BKR No. 01 Bandung, persis di sebrang Lapangan Tegal Lega atau Monumen Bandung Lautan Api.

Naskah pertama yaitu yang paling menarik, diberi judul Naskah Kisah Nabi Yusuf dengan nomor Inventaris 07. 109 berasal dari Bandung. Naskah ini ditulis di daun lontar dengan menggunakan aksara cacarakan berbahasa Jawa Kuna. Teks digubah dalam bentuk prosa, isinya menguraikan tentang riwayat Nabi Yusuf sejak kelahirannya hingga menjadi nabi. Ukurannya tidak tercantum di papan informasi, tetapi dapat diperkirakan memliki panjang 40 cm dengan lebar 5 cm. Setiap halaman terdiri dari empat baris tulisan. Jumlah halaman lebih dari 40 lembar. Tampak kayu pengapit di bagian atas dan bawah lempiran lontar sebagai jilid untuk menyatukan halaman. Halaman disatukan dengan benang kasur berwarna putih. Kondisinya sangat baik, tulisan terbaca jelas berwarna hitam.

Naskah Kisah Nabi Yusuf

Naskah Kisah Nabi Yusuf

Naskah kedua berjudul Naskah Babad Cirebon nomor inventaris 07.118 yang berasal dari Cirebon. Tidak ada keterangan mengenai bahan, tetapi tampak dibuat dari kertas daluang.Jilid luar naskah tampaknya telah diperbaharui, berwarna merah muda. Teks naskah ditulis dengan menggunakan aksara pégon berbahasa Sunda. Tulisan berwarna hitam dan dapat dibaca jelas. Pada bagian pengganti pokok bahasan ditandai dengan warna merah. Isinya menceritakan tentang sejarah Cirebon yang disertai dengan menguraikan silsilah raja-raja dan pemerintahannya. Selain itu menguraikan tentang Walangsungsang dari Pajajaran mengembara mencari ilmu sampai ke Cirebon dan mendirikan pertapaan yang berkaitan dengan pembuatan terasi yang disebut rebon.

Naskah Babad CIrebon

Naskah Babad Cirebon

Naskah kedua berjudul Naskah Babad Cirebon nomor inventaris 07.118 yang berasal dari Cirebon. Tidak ada keterangan mengenai bahan, tetapi tampak dibuat dari kertas daluang.Jilid luar naskah tampaknya telah diperbaharui, berwarna merah muda. Teks naskah ditulis dengan menggunakan aksara pégon berbahasa Sunda. Tulisan berwarna hitam dan dapat dibaca jelas. Pada bagian pengganti pokok bahasan ditandai dengan warna merah. Isinya menceritakan tentang sejarah Cirebon yang disertai dengan menguraikan silsilah raja-raja dan pemerintahannya. Selain itu menguraikan tentang Walangsungsang dari Pajajaran mengembara mencari ilmu sampai ke Cirebon dan mendirikan pertapaan yang berkaitan dengan pembuatan terasi yang disebut rebon.

CIMG0844

Naskah dalam lemari kaca di ruang display

Oke, itu sedikit gambaran tentang koleksi filologika di Museum Sribaduga. Untuk melihat koleksi naskah ini kita hanya cukup membayar tiket masuk sebesar Rp. 2.500 di ruang tiket dekat pintu masuk utama museum. Kita bisa mengujungi secara perorangan atau rombongan. Kalau rombongan, kita dapat meminta bantuan petugas khusus untuk memandu berkeliling museum dengan penjelasan yang cukup lengkap. Kalau perlu informasi lebih lengkap atau pemesanan (booking) kunjungan ke Museum Sribaduga, silahkan hubungi pengelolanya di (022) 5210976.

Kunjungan ke museum bersama kawan-kawan kali ini cukup mengobati rasa penasaran kami untuk melihat koleksi naskah-naskah kuno. Di Prodi kami memang dituntut untuk mengetahui dan mendalami berbagai bidang kajian budaya, diantaranya naskah kuno. Memang tidak seluruhnya koleksi museum yang dipajangkan, tetapi koleksi ini sungguh sayang bila dilewatkan. Koleksi naskah milik Museum Sribaduga lainnya dapat dilihat pada Katalog Naskah Kuno Museum Sribaduga.

Author Avatar
Ilham Nurwansah

Admin Kairaga.com. Tulisan-tulisannnya dimuat di surat kabar dan majalah. Ilham sering diundang sebagai pemateri seminar maupun workshop tentang naskah dan aksara Sunda. Selain itu, ia juga merupakan pemerhati naskah dan aksara Nusantara dalam dunia digital. Baca juga tulisan-tulisannya yang lain di blog inurwansah.my.id.

Suka dengan konten Ilham Nurwansah ? Kamu bisa memberikan dukungan dengan mentraktir kopi atau bagikan konten ini di media sosial.

0 comments and 0 replies

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *