Selasa, 05 Agustus 2008 | 10:39 WIB
TEMPO Interaktif, BANDUNG: Sejumlah budayawan menilai perlunya dibangun museum khusus yang mengola naskah-naskah kuno Nusantara, khususnya di Jawa Barat. ”Museum ini bisa dibangun oleh perguruan tinggi seperti Universitas Padjadjaran,” kata sastrawan Sunda Etti R.S di Bandung, Senin (4/8).
Penilaian ini tercetus di sela-sela Simposium Internasional Pernaskahan Kuno Nusantara Ke-XII yang digelar di Aula Universitas Padjadjaran Bandung. Simposium itu digelar dari tanggal 4-7 Agustus menghadirkan pembicara dari dalam dan luar negeri. Mereka antara lain berasal dari Amerika, Belanda, Perancis, Malaysia, Brunei, Singapura, Jogjakarta, Surabaya, Bali, dan Makassar.
Menurut Etti, kebutuhan akan museum seperti itu sudah mendesak karena ribuan naskah terancam hilang atau dijual. ”Daripada naskah itu lari ke luar negeri, lebih baik dikelola oleh perguruan tinggi,” ujar Etti yang menjadi ketua panitia simposium itu.
Selama ini museum milik pemerintah memang sudah ada. Namun hingga kini, kata dia, belum ada museum yang menginventarisasi naskah-naskah kuno di Nusantara, khususnya Jawa Barat. ”Kalaupun ada itu dilakukan oleh filolog dari lembaga penelitian perguruan tinggi,” katanya.
Padahal menurut Etti, inventarisasi naskah kuno sangat penting karena masyarakat sering tidak mengerti tentang naskah semacam itu. ”Akibatnya ada naskah kuno yang terbuang atau dijual ke luar negeri, kan sayang,” kata Etti yang juga Ketua Umum Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda itu.
Rana Akbari Fitriawan